SEMPIT

“Dua nikmat yang di dalamnya banyak manusia tertipu,(yaitu)sehat dan waktu luang

(HR.Tirmidzi)

Suatu kenikmatan akan terasa begitu besar maknanya,bila sedang tidak nikmat. Seperti seseorang yang sedang sakit, akan merasakan begitu nikmat nya sehat. Makan nya manusia merelakan seluruh harta nya untuk meraih kembali kenikmatan sehat, du saat sakit demikian juga, seseorang yang mengalmi kesempitan waktu,
akan terasa sangat berarti waktu luang. Namun di saat sedang nikmat, manusia sering kali menabaikan saat-saat kenikmatan itu tiada, sehingga yang sedang di nikmatipun terasa kecil makna nya.

Demikian juga hal nya dengan seorang pemimpin. Bila di kala banyak kesempatan tak mau memikirkan bagaimana kemaksimalan peran kekuasaan nya untuk menyejahteraan umat, di saat kesempitan lebih parah lagi. Seperti biasa nya, para pemimpin akan mengalami masa-masa sempit, terutama menjelang akhir masa kepemimpinan di saat seperti itu, umum nya pemimpin lebih banyak memikirkan nasib diri nya ke depan atau kepentingan diri nya sendiri kadang kala di tambah dengan suasana hati yang tak nikmat, seperti resah. Dalam keadaan demikian, upaya memikirkan kepentingan rakrat bisa mengempis.

Bagi pemmpin yang demikian, akan datang lagi. Yaitu, saat di akhirat ketika diminta pertanggung jawabban tentang amanah atau kepemimpinan nya yang sempat di abaikan nya. Menurut rasulullah, saat itu lah terjadi penyesalan yang tiada tara ditambah lagi dengan penyesalan tentang limpahan pahala

yang seharus nya bisa dinikmati bila iklas memimpin umat, tapi kesempatan itu hilng penyempurna.